Location Unknown
Malam ini, aku duduk termenung di bawah langit berbintang. Pikiranku menembus cakrawala waktu seakan mampu mengendalikan benda jahat tersebut.
Mengingat, step forward to several months ago, saat aku pertama kalinya bertemu dengan sebuah bintang. Ia begitu bersinar. Kehadirannya mampu membuatku bahagia, membuatku tak ingin jauh darinya. Untuk pertama kalinya aku bahagia karena bisa memeluk bintang, menatap nya dari dekat, mendengarkan celotehannya, dan tertawa bersamanya sepanjang malam agar angin dan bulan iri dengan kami berdua.
Saat itu, kau begitu hangat. Kau tanpa henti setiap harinya membuatku jatuh cinta. Membuatku melupakan semua hal yang kurasa indah, namun itu tak seindah dirimu. Kau unik. Kau anti-mainstream, kataku. Aku suka. Memberiku kejutan - kejutan kecil dan hal baru yang tak pernah ku jumpa sebelumnya.
Namun,. Aku tak sadar. Bahwa kabut awan milik hujan mulai menyelimuti langit malam, menutupi lampu kerlap kerlip semesta menghilang. Kabut itu benar-benar tak membiarkanku bahagia dengan sang bintang.
Aku kehilangannya. Bintang itu kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama kabut awan hitam diatas langit, yang tak mampu kugapai wilayahnya.
Tentu saja aku kalah. Aku ingin tau apa yang terjadi dengan mereka diatas sana, aku ingin melihat dan mendengar apa yang membuat bintang itu tak lagi suka denganku.
Melihatmu tersenyum saat kabut mengajakmu untuk sesuatu yang kau sukai diatas sana, membuat hatiku sangat sakit. Kau menghampiriku dengan cara berjalan, kau menghampirinya dengan berlari. Kau datang padaku lalu terdiam dan bosan, kau datang padanya dengan mata berbinar dan gelak tawa. Seakan aku mampu mendengar suaramu "Asiiikkk" saat bertemu dengannya.
Aku cemburu menyaksikan semua pemandangan itu. Aku cemburu untuk segala yang dia rebut dariku, tentangmu, tentang bahagiaku. Lalu dengan posisiku, aku bisa apa? Menatapmu dari bawah sini, menyaksikan betapa kontrasnya rasa bahagiamu saat denganku dan dengannya, dengan bibir yang tersenyum namun air mata tak berhenti mengalir di pipiku.
Kau dimana, bintangku? Kau dimanaaaa. Benar, kau masih sering menjengukku. Namun senyum itu bukan milikmu, sayang. Namun rasa itu, tak hadir disini. Ini bukan dirimu yang kukenal dulu. Ini bukan dirimu yang mencintaiku seperti dulu. Aku mulai menangis lagi menyadari betapa menyedihkannya diriku.
Aku terlalu mencintaimu, aku tak mampu melihatmu bahagia bersama yang lain. Aku cemburu. Aku tak rela membagi dirimu. Kau milikku!!!!!!! Kau milikkuuuuuu!!!!!!!! Kembalikan bintangku ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ dimana dia? Dimanaaa??? ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ Apa yang sudah kau lakukan padanya wahai kabut malam? Ia sudah enggan bersinar didepanku sekarang. Tolong...... Hanya dia bahagiaku ðŸ˜
Mengingat, step forward to several months ago, saat aku pertama kalinya bertemu dengan sebuah bintang. Ia begitu bersinar. Kehadirannya mampu membuatku bahagia, membuatku tak ingin jauh darinya. Untuk pertama kalinya aku bahagia karena bisa memeluk bintang, menatap nya dari dekat, mendengarkan celotehannya, dan tertawa bersamanya sepanjang malam agar angin dan bulan iri dengan kami berdua.
Saat itu, kau begitu hangat. Kau tanpa henti setiap harinya membuatku jatuh cinta. Membuatku melupakan semua hal yang kurasa indah, namun itu tak seindah dirimu. Kau unik. Kau anti-mainstream, kataku. Aku suka. Memberiku kejutan - kejutan kecil dan hal baru yang tak pernah ku jumpa sebelumnya.
Namun,. Aku tak sadar. Bahwa kabut awan milik hujan mulai menyelimuti langit malam, menutupi lampu kerlap kerlip semesta menghilang. Kabut itu benar-benar tak membiarkanku bahagia dengan sang bintang.
Aku kehilangannya. Bintang itu kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama kabut awan hitam diatas langit, yang tak mampu kugapai wilayahnya.
Tentu saja aku kalah. Aku ingin tau apa yang terjadi dengan mereka diatas sana, aku ingin melihat dan mendengar apa yang membuat bintang itu tak lagi suka denganku.
Melihatmu tersenyum saat kabut mengajakmu untuk sesuatu yang kau sukai diatas sana, membuat hatiku sangat sakit. Kau menghampiriku dengan cara berjalan, kau menghampirinya dengan berlari. Kau datang padaku lalu terdiam dan bosan, kau datang padanya dengan mata berbinar dan gelak tawa. Seakan aku mampu mendengar suaramu "Asiiikkk" saat bertemu dengannya.
Aku cemburu menyaksikan semua pemandangan itu. Aku cemburu untuk segala yang dia rebut dariku, tentangmu, tentang bahagiaku. Lalu dengan posisiku, aku bisa apa? Menatapmu dari bawah sini, menyaksikan betapa kontrasnya rasa bahagiamu saat denganku dan dengannya, dengan bibir yang tersenyum namun air mata tak berhenti mengalir di pipiku.
Kau dimana, bintangku? Kau dimanaaaa. Benar, kau masih sering menjengukku. Namun senyum itu bukan milikmu, sayang. Namun rasa itu, tak hadir disini. Ini bukan dirimu yang kukenal dulu. Ini bukan dirimu yang mencintaiku seperti dulu. Aku mulai menangis lagi menyadari betapa menyedihkannya diriku.
Aku terlalu mencintaimu, aku tak mampu melihatmu bahagia bersama yang lain. Aku cemburu. Aku tak rela membagi dirimu. Kau milikku!!!!!!! Kau milikkuuuuuu!!!!!!!! Kembalikan bintangku ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ dimana dia? Dimanaaa??? ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ Apa yang sudah kau lakukan padanya wahai kabut malam? Ia sudah enggan bersinar didepanku sekarang. Tolong...... Hanya dia bahagiaku ðŸ˜
Komentar
Posting Komentar